Sahabatku, Ela Agustania


Hari ini, sama dengan hari-hari sebelumnya. Ada matahari, pepohonan, suara kendaraan, suara burung-burung. Tapi, seperti sepi senyap hening. Terasa dunia ini berhenti sekejap. Terasa hampa, bahkan sangat hampa.

Sampai sekarang aku masih tidak percaya bahwa dia sudah pergi. Aku baru merasakan sakitnya kehilangan sahabat sendiri. Kuyakinkan diriku bahwa dalam tiga hari aku sudah tidak akan menangisinya lagi

Ela, sahabat yang juga musuhku. Aku berteman dengannya sejak SD. Namun aku tidak pernah sedekat 6 tahun terakhir ini. Dia selalu memusuhiku karena menganggap aku aneh dan bodah.
Namun tak terasa waktu berjalan, aku malah semakin dekat dengannya, sampai  seperti pinang dibelah dua. dimana ada dia disitu ada aku.

Dia, sahabatku. Dia yang selalu dengan kealayannya membuatku senang , dia selalu cemberut jika tidak senang dengan orang lain. Dia dengan logat anehnya, Dia. Sampai rasanya aku tak bisa mengungkapakan semua hal yang kualami dengannya

26 Maret 2018. Tanggal wafatnya. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya. Aku masih ingin mengobrol dengan orang yang nggak jelas itu. Aku masih ingin melihat keletoyannya. Dia letoy betul. dia yang fans dengan guru kami. dia jjuga pernah pura-pura pingsan di jalanan dekat SMA kami. Dia selalu tersenyum. Senyumnya itu mirip raline shah. Tapi dia lebih suka dipanggil Laudya Cintya Bella. Dia suka betul dengan korea. Oppa.Oppa. Beda dengan aku yang suka anime Jepang. Dia nggak berani bawa motor dikota katanya nanti kita bikin jalan baru. Dia selalu panggil aku ibu perawat. Dia sikecil. paling kaka tapi paling kecil. Dia suka makan chocolatos, eh TimTam juga. Katanya kalau kita nggak pakai lipstick arab kita kelihatan pucat. Katanya adeknnya suka tas warna ungu sama pink. Dia bilang" Hei... nana itu ba, kalau nda dibelikan melapor sama mamaku". pakai logatnya yang nggak jelas. 

Dia yang tau semua keburukanku. Dia yang tau kegilaan. Dia tahu semua cowok yang pernah aku suka. Dia selalu marah dengan ibu tiriku.


Maafkan aku boy, aku tidak menjenngukmu saat kau sakit. Aku bahkan tidak pulang. malah asyik dengan penelitianku. Kau pernah bertanya apa aku sakit? Ya, aku sakit. Aku hanya tidak mau orang tahu bahwa aku sakit. Aku takut aku akan mengecewakan orang-orang jika aku bilang aku sakit. Aku malu mengakuinya. Hanya aku dan tuhan yang tahu, dan sekarang orang lain bukan kau.

Maaf aku menangisimu disini. maaf aku menjadi gila disini. padahal aku tahu kau hanya terlebih dulu dijemput. Aku tak tahu kapan aku akan dijemput juga. Seperti katamu, semoga kita bersahabat sehidup sesurga.

La, semoga kau tenang. Makasih ya sudah menjadi sahabat yang paling sayang, paling peduli. Aku kangen kau la...

Komentar